Fungsi Gamelan Bali
Gambelan Bali memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Fungsi gambelan Bali di rumuskan mengacu pada Hasil Seminar Seni Sakral dan Profan dalam bidang Tari tahun 1971 yang mengelompokan fungsi – fungsi itu sebagai seni Wali, bebali, dan bali – balihan seperti buku yang berjudul Gamelan Bali di atas panggung sejarah yang di Tulis oleh bapak I Made Bandem. Pada awalnya, menurut Usana Bali – Usaha Jawa, kesenian Bali muncul sebagi wewalen, seni upacara keagamaan semata. Berhubungan dengan perubahan zaman dan waktu, kesenian Bali bergeser pula fungsinya dari seni wali (sacral), menjadi seni bebali (semi sakral) dan seni balih – balihan (sekuler). Seni wali lahir di jeroan pura (utama mandala), seni bebali lahir di jaba tengah (mandya mandala), dan seni balih – balihan lahir di jaba pura ( nista mandala). Setiap kelompok seni memilki wujud, sifat (karakter), perlengkapan, dan upakara yang berbeda menurut adagium desa (tempat), kala (waktu) dan patra (kondisi). Gambelan Gong Kebyar yang lahir sebagai seni balih – balihan dapat dipentaskan dengan seni wali atau bebali dengan proses upakara dan konteks tempat dan waktu yansg sesuai dengan sifat utama atau madya mandala.
Selanjutnya untuk memahami fungsi – fungsi itu dengan perspektif yang lebih luas, berikut ini digunakan pengertian dan pemahaman kegunaan dan fungsi yang di rumuskan oleh Alan P. Merriam dalam bukunya yang berjudul The Anthrolopogy of Mosic. Kendatipun studi kasus yang digunakan oleh Merriam dalam kajian ini berdasarkan music Basonge di Afrika, namun sistem ini dapat pula digunakan untuk mengkaji kegunaan dan fungsi gambelan Bali.
- Pengiring Upacara Agama
Sebagai alat bunyi – bunyian, gambelan tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali, hampir tak ada suatu upacara keagamaan yang sempurna tanpa ikut serta gambelan. Dalam tradisi agama hindu terdapat terdapat berbagai upacara agama Hindu seperti dewa yadnya (upacara untuk dewa – dewi dan Tuhan Yang Maha Esa), Pitra Yadnya (pembakaran mayat atau kremasi) Manusa Yadnya ( ritus kehidupan dari lahir sampai mati), Bhuta Yadnya (upacara kurban kepada alam semesta, dan Rsi Yadnya (upacara pengangkatan pendeta) yang memerlukan gambelan sebagai pengiring upacara. Berjenis – jenis gambelan juga difungsikan untuk upacara yang berbeda seperti upacara prosesi keagamaan diiringi dengan gambelan Blaganjur ( Kalanjur, Babonangan) upacara potong gigi diiringi oleh gambelan Gender Wayang, kremasi diiringi dengan gambelan Angklung, upacara persembahyangan diiringi gambelan Slonding dan lain sebagainya. Gambelan juga berfungsi untuk mengiringi tari, seperti tari Topeng, Gambuh, Wayang Wong dan lain sebagainya.
Selain dipentaskan untuk upacara Panca Yadnya, kini gambelan dipentaskan untuk hiburan dunia pariwisata bertempat di hotel – hotel,baik berupa pementasan rutin maupun kegiatan khusu. Dalam pemerintahan Bali modern, gambelan juga ditampilkan pada kegiatan berbagai festival, pameran – pameran seni, dan juga setiap berlangsung pasar malam sebagai bagian dari kegiatan Hari Ulang Tahun kantor – kantor pemerintahan. Gambelan kini cukup populer dan selalu menjadi ikon duta kesenian Bali ke luar daerah ataupun ke luar negeri untuk tujuan pementasan yang bersifat nasional maupun internasional.
- Memberi Rasa Keindahan
Sebagai cabang kesenian yang memiliki unsur – unsur keindahan seperti keutuhan, kerumitan, kesederhanaan, dan lain – lainnya gambelan dapat berfungsi untuk menggugah perasaan indah seseorang. Untaian melodi, ritme, dan harmoni tidak saja member pemahaman yang mendalam terhadap makna, dari suatu lagu, namun unsur keindahannya dapat menggugah perasaan dan member kepuasan pada jiwa seseorang. Dan,
- Sebagi Alat Komunikasi
- Sebagai Hiburan
- Persembahan simbolis
- Pengungkap Sejarah
- Mengukuhkan Norma-norma Kehidupan Masyarakat
- Makna Pendidikan
